Sabtu, 04 Juli 2015

Sajak-sajak Abdul Hadi WM

BARAT DAN TIMUR Oleh : Abdul Hadi WM Barat dan Timur adalah guruku Muslim, Hindu, Kristen, Buddha, Pengikut Zen dan Tao Semua adalah guruku Kupelajari dari semua orang saleh dan pemberani Rahasia cinta, rahasia bara menjadi api menyala Dan tikar sembahyang sebagai pelana menuju arasy-Nya Ya, semua adalah guruku Ibrahim, Musa, Daud, Lao Tze Buddha, Zarathustra, Socrates, Isa Almasih Serta Muhammad Rasulullah Tapi hanya di masjid aku berkhidmat Walau jejak-Nya Kujumpai di mana-mana. Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999 DALAM PASANG Oleh : Abdul Hadi WM Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan kita, kegaduhan apa lagi? Sekarat dan terbakar sudah kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang saudara Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan lainnya Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan Menunggu ketakpastian Telah mereka hancurkan rumah harapan kita Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik ketenteraman ke tepi Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini yang bisa menghanguskan kota ini lagi - Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan dan mimpi Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin Kita.... Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999 DO’A UNTUK INDONESIA Oleh : Abdul Hadi WM Tidakkah sakal, negeriku ? Muram dan liar Negeri ombak Laut yang diacuhkan musafir karena tak tahu kapan badai keluar dari eraman Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri Negeri burung-burung gagak Yang bertelur dan bersarang di muara sungai Unggas-unggas sebagai datang dan pergi Tapi entah untuk apa Nelayan-nelayan tak tahu Aku impikan sebuah tambang laogam Langit di atasnya menyemburkan asap Dan menciptakan awan yang jenaka Bagai di badut dalam sandiwara Dengan cangklong besar dan ocehan Batuk-batuk keras Seorang wartawan bisa berkata : Indonesia Adalahberita-berita yang ditulis Dalam bahasa yang kacau Dalam huruf-huruf yang coklat muda Dan undur dari bacaan mata Di manakah ia kausimpan dalam dokumntasi dunia ? Kincir-kincir angin itu Seperti sayap-sayap merpati yang penyap Dan menyebarkan lelap ke mana-mana Sebagai pupuk bagi udaranya Lihat sungai-sungainya, hutan-hutannya dan sawah-sawahnya Ratusan gerobag melintasi jembatan yang belum selesai kaubikin Kota-kotanya bertempat di sudut belakang peta dunia Negeri ular sawah Negeri ilalang-ilalang liar yang memang dibiarkan tumbuh subur Tumpukan jerami basah Minyak tanahnya disimpan dalamkayu-kakyu api bertumpuk Dan bisa kau jadikan itu sebagai api unggun Untuk persta-pesta barbar Indonesia adalah buku yang sedang dikarang Untuk tidak dibaca dan untuk tidak diterbitkan Di kantor penerimaan tenaga kerja Orang-orang sebagai deretan gerbong kereta Yang mengepulakan asap dan debu dari kaki dan keningnya Dan mulutnya ternganga Tatkala bencana mendamprat perutnya Berapa hutangmu di bank ? Di kantor penenaman modal asing ? Di dekat jembatantua malaikat-malaikat yang celaka Melagu panjang Dan lagunya tidak berarti apa-apa Dan akan pergi ke mana hewan-hewan malam yangterbang jauh Akan menjenguk gua mana, akan berteduh di rimba raya mana ? Ratusan gagak berisik menuju kota Menjalin keribuan di alun-alun, di tiap tikungan jalan Puluhan orang bergembira Di atas bayangan mayat yang berjalan Memasuki toko dan pasar Di mana dipamerkan barang-barang kerajinan perak Dan emas tiruan Indonesia adalah kantor penampungan para penganggur yang atapnya bocor dan administrasinya kacau Dijaga oleh anjing-anjing yang malas dan mengantuk Indonesia adalah sebuah kamus Yang perbendaharaan kata-katanya ruwet Dibolak-balik, digeletakkan, diambil lagi, dibaca, dibolak-balik Sampai mata menjadi bengkak Kata kerja, kata seru, kata bilangan, kata benda, kata ulang, kata sifat Kata sambung dan kata mejemuk masuk ke dalam mimpimu Di mana kamus itu kau pergunakan di sekolah-sekolah dunia ? Di manakah kamus itu kaujual di pasaran dunia ? Berisik lagi, berisiklagi : Gerbong-gerbong kereta membawa penumpang yang penuh sesak dan orang-orang itu pada memandang ke sorga Dengan matanya yang putus asa dan berkilat : Tuhanku, mengapa kaubiarkan ular-ular yang lapar ini Melata di bumi merusaki hutan-hutan Dan kebun-kebunmu yang indah permai Mengapa kaubiarkan mereka ………. Negeri ombak Badai mengeram di teluk Unggas-unggas bagai datang dan pergi Tapi entah untuk apa Nelayan-nelayan tak tahu 1971 Anak Laut Anak Angin Kumpulan Puisi Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air KEMBALI TAK ADA SAHUTAN DI SANA Oleh : Abdul Hadi WM Kembali tak ada sahutan di sana Ruang itu bisu sejak lama dan kami gedor terus pintu-pintunya Hingga runtuh dan berderak menimpa tahun-tahun penuh kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya Hingga kami tak bisa tinggal lagi di sana memerah keputusasaan dan cuaca Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan mulai bercerai-berai Lari dari kehancuran yang satu ke kehancuran lainnya Bertikai memperebutkan yang tak pernah pasti dan ada Dari generasi ke generasi Menenggelamkan rumah sendiri ribut tak henti-henti Hingga kautanyakan lagi padaku Penduduk negeri damai macam apa kami ini raja-raja datang dan pergi seperti sambaran kilat dan api Dan kami bangun kota kami dari beribu mati. Tinggi gedung-gedungnya di atas jurang dan tumpukan belulang Dan yang takut mendirikan menara sendiri membusuk bersama sepi Demikian kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan matahari 'kan lama terbit lagi Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999 KETIKA MASIH BOCAH Oleh : Abdul Hadi WM Ketika masih bocah, rumahku di tepi laut Bila pagi pulang dari perjalanan jauhnya Menghalau malam dan bayang-bayangnya, setiap kali Kulihat matahari menghamburkan sinarnya Seraya menertawakan gelombang Yang hilir mudik di antara kekosongan Sebab itu aku selalu riang Bermendung atau berawan, udara tetap terang Setiap butir pasir buku pelajaran bagiku Kusaksikan semesta di dalam Dan keluasan mendekapku seperti seorang ibu Batang kayu untuk perahu masih lembut tapi kuat Kuhadapkan senantiasa jendelaku ke wajah kebebasan Aku tak tahu mengapa aku tak takut pada bahaya Duri dan kepedihan kukenal Melalui kakiku sendiri yang telanjang Arus begitu akrab denganku Selalu ada tempat bernaung jika udara panas Dan angin bertiup kencang Tak banyak yang mesti dicemaskan Oleh hati yang selalu terjaga Pulau begitu luas dan jalan lebar Seperti kepercayaan Dan kukenal tangan pengasih Tuhan Seperti kukenal getaran yang bangkit Di hatiku sendiri Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999 MIMPI Oleh : Abdul Hadi WM Aneh, tiap mimpi membuka kelopak mimpi yang lain, berlapis-lapis mimpi, tiada dinding dan tirai akhir, hingga kau semakin jauh dan semakin dalam tersembunyi dalam ratusan tirai rahasia membiarkan aku asing pada wujud hampa dan wajah sendiri. Kudatangi kemudian pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian -- di jalan-jalannya, di gedung-gedungnya kucari sosok bayangku yang hilang dalam kegaduhan. Tetap, yang fana mengulangi kesombongan dan keangkuhannya dan berkemas pergi entah ke mana gelisah, asing memasuki rumah sendiri menjejakkan kaki, bergumul benda-benda ganjil yang tak pernah dikenal, menulis sajak, menemukan mimpi yang lain lagi berlapis-lapis mimpi, tiada dinding akhir sebelum menjumpai-Mu. Pembawa Matahari Sajak-sajak karya Abdul Hadi WM (1981-1992) Republika Online edisi : 05 Dec 1999