Minggu, 01 Februari 2009

Sajak-sajak Lan Fang

Sajak Sajak Lan Fang
Kompas, Minggu, 1 Februari 2009 | 01:03 WIB

9 Rubaiyat Langit dan Hujan

(1)

kau sedikit sekali kusimpan dalam kenangan.

apakah cinta harus memiliki banyak ingatan?

bukankah sebongkah awan

sudah cukup mencucurkan hujan?

(2)

kita bersisian tak memberi sela untuk udara.

“aku rindu jadi sengaja mimpi kuciptakan.

kita di sana. tapi bila kau sendirian saja

lihatlah, rintik hujan masih bertahan.”

(3)

rindu hujan tak terlihat di mana dasarnya,

langit: “bila terlalu dalam nanti kau menangis,”

diam-diam hujan menghimpun desis gerimis

yang bergelayutan di ujung harum hio sua.

(4)

“tidakkah kau mencintaiku?” hujan

tak berharap langit mengiyakan.

hujan hanya ingin mencium pelupuknya

ketika dipandang begitu mesra.

(5)

aku ingin memujamu seperti hujan.

menurutmu, “jangan”

hujan adalah tangis langit.

tetap basah ketika kemarau yang sulit.

(6)

apakah yang paling penting bila hujan reda?

sorak kanak-kanak bermain bola dan sepeda.

tidak. pergilah ke pekarangan dan tengok saja

hatiku dibasahi cinta. warnanya seperti apa?

(7)

aku tak menyukai langit karena bulan begitu jauh.

aku mencintai bintang-bintang di mata yang teduh.

“bagaimana kita menyeimbangkannya? aku bukan langit,”

begitulah, bisikmu, “aku kabut di kaki bukit.”

(8)

tiba-tiba gelombang hujan mendesing.

kata dan suara memburu ledakan cahaya.

burung kecil berlomba dengan pesawat udara.

aneh…, mereka sama sekali tidak bising.

(9)

“aku tulis 9 rubaiyat untukmu.” hampir usai,

tetapi langit belum terang sehabis hujan.

jika begitu langitkah? hujankah? oh, bukan.

jangan sembilan! ini rubaiyat yang tak selesai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar