Minggu, 01 Februari 2009

Sajak Sajak S Yoga

Sajak S Yoga

Suara Pembaruan, 1 Pebruari 2009

Pelabuhan Panarukan

tuan-tuan dan puan-puan sekalian

nikmatilah hidangan senja hari

sebuah cahaya yang telah kami serpih-serpih

menjadi sup kenangan yang berkuah rindu

yang dapat tuan-tuan nikmati sebagai sejarah

airnya kami peras dari hutan dan gunung

dan kami peram dalam doa-doa kesunyian

doa yang berasal dari kelaparan bumi dan langit

dari rumah yang bercahaya sepanjang waktu

dan sebuah rindu yang membutakan mata hati

akan tanah leluhur yang tuan miliki

ladang tebu telah tumbuh di hati kami

yang petanya tuan bahwa hingga ke seberang

tempat musim-musim dibekukan oleh waktu

Situbondo, 20088

*

Jalan-jalan Berlumpur

di sini jalan-jalan menjadi licin berlumpur

oleh hujan airmata sepanjang tahun

di mana jejak-jejak batu hitam

pabrik, perkebunan dan sungai-sungai

menjadi berhala yang harus kami lalui

menjadi muara sejarah yang bungkam oleh senjata

di mana kenangan buruk menikam

dari sebuah hutan yang terbakar

hingga kegelapan

menyelimuti rumah-rumah

dari sebuah pantai kapal-kapal telah bertolak

dengan harum bunga cengkih dan tembakau

yang diangkut dari kenangan tanah yang kalah

lambaian budak dengan tangisan malam berteriak

beri kami madu kerinduan tuan

yang terbakar di meja judi

sebelum anggur yang terakhir tandas di perjamuan

sebelum peta-peta merangkak hingga jejak kerajaan

tanah tawanan atas nama negara dan agama

hingga hutan-hutan benderang oleh siluman

rawa-rawa kelam oleh arwah

sungai-sungai cemas oleh emas

melihat layar-layar kapal hitam berkibar

membawa senjata dan bahan peledak

untuk kami terima sebagai

saudara kembar

Situbondo, 20088

*

Kota Hantu

antara anyer dan panarukan

kutemui kota-kota mati yang bangkit kembali

karena kerinduan dan doa-doa yang dipanjatkan malaikat

roh-roh bergentayangan di pohon-pohon tua

jalan-jalan menjadi sepi

karena nyala api tak henti-henti

sungai-sungai meluap mencari muara yang hilang

palung-palung terselubung bayang-bayang

membuat pusaran arus waktu dan gelombang

yang merebut kota dengan satu hentakan

serupa firman yang terucap

di kegelapan

Situbondo, 20088

*

Kota Tua

kota tua, jalan hantu, rumah biru, laut lepas

iakah saksi sungai-sungai yang dialiri garam

tembakau, gula, kopi dan cengkih

ke dermaga-dermaga

sebelum kapal-kapal berangkat

jauh meninggalkan dirimu yang buta

nun menuju kota-kota cahaya

diiringi desir ombak menggulung kesunyian

dan terdampar di pasir hitam sejarah

yang kelam oleh kuasa dan darah

Situbondo, 20088

*

Mercusuar

menjulang seolah pohon purba

di bawah tatapan sinar bulan

berdiri bagai malam tak beranjak

terlihat punggungnya kelam gemintang

yang runcing menghadap langit

rupanya ia penasaran

tak pernah bisa meruntuhkan bintang

dengan doa dan mantra

di antara gang dan lorong remang

isyarat air dan bara api

telah membuatnya lebih tabah

di antara angin dan badai yang datang bagai kabut

yang siap menjadikannya tawanan hidup

akan kesunyian yang membekas di dinding usia

tempat dulu kapal-kapal diarahkan ke laut luas

ke jalan lapang

yang menyimpan

semua firman

Surabaya, 20088


Last modified: 30/1/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar