Dian Hartati
Lagu Maaf
untuk segala yang terlambat
kedatangan dan kepergian
segala yang menjalin kelindan
dalam diri
seteru diikat
maka datanglah padaku dengan cinta
harap yang begitu samar
sedang langkah
masih dipenjarakan angkuh rasa
datanglah padaku
tersebab segenggam rindu
masih saja menggelagak
mengaliri jiwa yang haus
menuai pelita
SudutBumi, Juli 2008
*
Firasat Waktu
akhirnya aku tahu
ada jarak dari sekian perjalanan panjang
dari lubuk ke lubuk
hilir yang melantakkan tubuh
ini hanyalah perjalanan air
yang terus mengambang kehilangan tenaga
berenang mencapai sesuatu yang tak kumengerti
sebagai ikan,
hanya kunantikan
arah datangnya cahaya
dari permukaan
SudutBumi, September 2008
*
Di Tubuhku yang Licin
berhentilah memandang kampung halaman
karena semua telah lanau berkat cuaca
kau lihat layanglayang itu
semakin meninggi di antara arakan gemawan
benang kecintaan yang kuat jauh terulur
karena cuaca telah mendedahkan sebuah ruang
di masingmasing hati tanpa batas
inilah tubuhku
yang tak pernah kau rasakan sebelumnya
licin seumpama belutbelut yang saling mengurai duka
membelit, menuntaskan setiap dahaga
yang lama tak terlunasi
menaburkan perih peristiwa
karena garam yang kau sebarkan
di sekujur tubuh adalah kenangan
SudutBumi, 2006
Matahari Jiwa
sedang gundah masih di hati
kau datang melantunkan sebuah kisah
cerita tentang malam dan bulan
perjalanan kunangkunang menuju kelam
bagiku malam adalah lengkung kesahajaan
pemilik waktu singgah bernama mimpi
bagiku bulan adalah cerita kanakkanak
penghantar tidur agar jiwa lelap
selalu cahaya menggenapkan kisah purnama
kau menjelma matahari bagi umbra sejati
menyelesaikan ritus kecintaan bintangbintang
menebar kedamaian di lipatan hari
sedang gundah masih di hati
kau datang bersenandung lagu rindu
membawa sepercik senyum di sungging bibir
memberi secercah harap di jiwa banal
mengantarkan warta
di senja yang takkan jadi sempurna
SudutBumi, 2006
*
Pakupatan
terminal ini menuntaskan semua
tentang kepulangan menuju tanah lahir
hujan siang tadi membawa cercah kelelahan
ada yang tibatiba duduk
setelah menyentuh pundak
ada yang tibatiba menanamkan muak di hati
semua ditingkah amarah
entahlah,
keremangan senja telah buktikan bias kasih
seseorang pergi abaikan hati
duduk di ruang tunggu
hanya gelisah menemani
mencermati kepergian dan kepulangan
menanti kedatangan
SudutBumi, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar