Minggu, 18 Januari 2009

Sajak-sajak Dian Hartati

Dian Hartati

Lagu Maaf

untuk segala yang terlambat

kedatangan dan kepergian

segala yang menjalin kelindan

dalam diri

seteru diikat

maka datanglah padaku dengan cinta

harap yang begitu samar

sedang langkah

masih dipenjarakan angkuh rasa

datanglah padaku

tersebab segenggam rindu

masih saja menggelagak

mengaliri jiwa yang haus

menuai pelita

SudutBumi, Juli 2008

*

Firasat Waktu

akhirnya aku tahu

ada jarak dari sekian perjalanan panjang

dari lubuk ke lubuk

hilir yang melantakkan tubuh

ini hanyalah perjalanan air

yang terus mengambang kehilangan tenaga

berenang mencapai sesuatu yang tak kumengerti

sebagai ikan,

hanya kunantikan

arah datangnya cahaya

dari permukaan

SudutBumi, September 2008

*

Di Tubuhku yang Licin

berhentilah memandang kampung halaman

karena semua telah lanau berkat cuaca

kau lihat layanglayang itu

semakin meninggi di antara arakan gemawan

benang kecintaan yang kuat jauh terulur

karena cuaca telah mendedahkan sebuah ruang

di masingmasing hati tanpa batas

inilah tubuhku

yang tak pernah kau rasakan sebelumnya

licin seumpama belutbelut yang saling mengurai duka

membelit, menuntaskan setiap dahaga

yang lama tak terlunasi

menaburkan perih peristiwa

karena garam yang kau sebarkan

di sekujur tubuh adalah kenangan

SudutBumi, 2006

Matahari Jiwa

sedang gundah masih di hati

kau datang melantunkan sebuah kisah

cerita tentang malam dan bulan

perjalanan kunangkunang menuju kelam

bagiku malam adalah lengkung kesahajaan

pemilik waktu singgah bernama mimpi

bagiku bulan adalah cerita kanakkanak

penghantar tidur agar jiwa lelap

selalu cahaya menggenapkan kisah purnama

kau menjelma matahari bagi umbra sejati

menyelesaikan ritus kecintaan bintangbintang

menebar kedamaian di lipatan hari

sedang gundah masih di hati

kau datang bersenandung lagu rindu

membawa sepercik senyum di sungging bibir

memberi secercah harap di jiwa banal

mengantarkan warta

di senja yang takkan jadi sempurna

SudutBumi, 2006

*

Pakupatan

terminal ini menuntaskan semua

tentang kepulangan menuju tanah lahir

hujan siang tadi membawa cercah kelelahan

ada yang tibatiba duduk

setelah menyentuh pundak

ada yang tibatiba menanamkan muak di hati

semua ditingkah amarah

entahlah,

keremangan senja telah buktikan bias kasih

seseorang pergi abaikan hati

duduk di ruang tunggu

hanya gelisah menemani

mencermati kepergian dan kepulangan

menanti kedatangan

SudutBumi, 2006


Tidak ada komentar:

Posting Komentar