Sajak Sajak Ook Nugroho
Minggu, 18 Januari 2009 | 01:37 WIB
Hantu Kata
Lewat tengah malam—
Habis sudah waktu kalian!
Kini para hantu
Mengambil alih ruang tamu
Mendudukkan sundel bolong
Dan jerangkong gondrong
Pada kursi utama
Aku pun di sana
Sebab aku serupa mereka
Tak punya wajah
Pun tanpa silsilah
Lihat kakiku melayang
Tak membekaskan bayang
Pada waktu
Dan lelampu
Akulah hantu kata
Terlunta dari cuaca ke cuaca
Hanya jika
Bisa kutemu dekap
Dalam rengkuhan sajak
Hadirku yang sejenak
Bakal berjejak pada bumi
Maka, lewat tengah malam
Kutunggu kau di ruang tamu!
2008
Kadang-kadang Malam
Kadang-kadang malam
Terbikin dari gerimis
Dari hujan yang melukis
Bumi dengan genangan
Dan dalam setiap genangan
Seperti ada kesedihan
Seperti ada yang melambai—
Mungkin semacam rasa kehilangan
Yang menegas
Dalam bayangan lelampu
Di atas dasar kelam
Di mana malam tersusun
Kadang-kadang kau tahu
Kadang-kadang sekali
Aku ingin lenyap begitu saja
Ke dalam genangan
2008
Kisah Tidur
Mungkin ada pesan
Yang dibisikkan ranjang
Kepada tubuh
Sewaktu ia putuskan
Merebah
Mungkin tubuh
Sempat menyahut juga
Entah apa kepada ranjang
Sebelum telanjur
Lelap
Kini kamar sunyi
Gelap menyimpan
Pekat pesan-pesan itu
Pada yang rebah dan lelap
Waktu menitipkan kisahnya
2008
Rumah
Jika aku pergi
Sebagian diriku
Tertinggal di rumah
Tak bisa kubawa serta
Dan jika kumati
Sebagian kisahku
Tertahan padamu
Seperti menolak
Seakan bertahan
Dari bumi yang
Mau menariknya
Pulang pada tanah
Aku bertanya
Jika kelak kau mati
Kisahku yang fana
Ke mana berumah?
2008
Peminum Kopi
Untuk setiap puisi
Aku perlukan secangkir kopi, katanya
Campurkan gula secukupnya:
Puisi juga butuh semacam pemanis
Barangkali sebaiknya pada penghujung baris?
Menuangkan rasa:
Tuanglah selagi panas masih
Nanti meruap sangit aroma langit
Mengaduknya pelan saja:
Cermat lagi hati-hati
Sebelum menyeruputnya sedap
Aku selalu percaya, katanya
Dari balik pekat ampas waktunya
Bakal terbaca isyarat
Tapi, untuk setiap pertanda itu
Aku perlukan sesayat luka
2008
Kidung Mandi
: JP
Penyair itu mandi
Mandi seperti kita semua mandi
Di ambang pintu tubuhnya
Membayang peluh bumi
Dicopotnya baju
Yang sekadar tipu
Dihempasnya kucel tubuh
Yang lama ngangkangi ruh
Ia loloskan juga
Tulang-tulangnya miskin
Menggantungnya sembarang
Pada cantelan kenang
Lantas khusyuk ia sabuni
Mimpi yang dipenuhi daki
Cinta yang tambah meluntur
Umur yang sebentar tergusur
Penyair itu mandi
Mandi seperti saya mandi
Keluar dari pintu tubuhnya
Mewangi aroma malam
2008
Ook Nugroho lahir di Jakarta, 7 April 1960. Ia bermukim dan bekerja di Jakarta.
Minggu, 18 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar