Selasa, 20 Januari 2009

Sajak-sajak S Yoga


Jalan Bercecabang

bukankah ini jalan bercecabang

jalan para lelawar, ular dan srigala

jalan yang menampung hujan terakhir

sebelum pusaran laut menyedotnya

hingga sungai-sungai nampak sepi

yang tak seorang pun tahu arah tujuan

meski membawa peta dan arah mata angin

karena jalan hanya menunjukkan isyarat

para pendahulu yang rapuh oleh waktu

jejak hujan yang hilang oleh malam

jejak kemarau yang lenyap disapu banjir

tinggal tanda dan kenangan yang membekas

bagai totem purba di pohon tua

di jalan, gang dan dinding kota

yang kelam tak bercahaya serupa lorong gelap

yang dulu pernah ditemukan di puncak bukit

Situbondo, 2008

*

Telur

ia lebih lengkung dari alismatamu

tempat menyimpan rahasia di balik makna

lebih berwarna dari bianglala

yang menyimpan cahaya dari semesta

ia lebih putih dari gugusan sedih

yang menyelimputi rerumputan

lebih embun dari hujan airmata

bunga kamboja di kuburan

pedih ia melintasi sungai yang memanjang

sebelum terdampar di sebuah telaga

ia bukan biru seperti lautan menyimpan ombak

tempat duka burung-burung camar

ia lebih muda dari usia tangis bayi

saat dilahirkan dan mengenal warna dunia

ia lebih suka sendirian di dalam sepi

di dalam cangkang matahari

sebelum panasnya memecah kabut musim gugur

sebelum ia disebut api tempat samadi kaum lapar

sebelum hijau daun lebih hijau

dari riwayat kematian sang bunga

di mana kematian merupakan sekarat

yang nikmat

ketika berguguran ke bumi dihempas angin senja

lebih senja dari sayap burung mengibaskan waktu

lebih rindu dari batu yang tergelincir ke sungai

adalah dirimu yang tampak dalam diam

di mana kerinduan adalah waktu yang diuji duka

ia hanya sebuah telur yang tak mengenal lingkarannya

yang sepanjang hidupnya memandang kekosongan

Situbondo, 2008

*

Mercusuar

menjulang seolah pohon purba

di bawah tatapan sinar bulan

berdiri bagai malam tak beranjak

adakah ia akan mencari terang

sebelum semua tenggelam

terlihat punggungnya kelam gemintang

yang runcing menghadap langit

rupanya ia penasaran

tak pernah bisa meruntuhkan bintang

dengan doa dan mantra

yang ia pelajari dari isyarat bumi

ketika berguru pada seekor naga

di bawah lautan

hanya bayangan diri yang ia dapatkan

di kediaman batu dan lokan

yang membuatnya lebih bijak

ia tahan seribu birahi yang meracap

di dalam gelap

di antara gang dan lorong remang

isyarat air dan bara api

telah membuatnya lebih tabah

di antara angin dan badai

yang datang bagai kabut

yang siap menjadikannya tawanan hidup

akan kesunyian yang membekas di dinding usia

tempat dulu kapal-kapal diarahkan

ke laut luas ke jalan lapang

kini semua pejalan telah meninggalkan

sinar lampu kapal entah ke mana.

namun ia selalu menyimpan

semua rahasia para nelayan

Surabaya, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar