Kamis, 26 Maret 2009

Sajak Sajak Anam Khoirul Anam

SUARA PEMBARUAN DAILY Last modified: 27/2/09

Sajak Anam Khoirul Anam



Kosong

Belum singgah dalam alur ceritamu sepagi itu, kawan!

Kau hanya duduk termenung mengeja warna dan rupa

Dalam hening, laju pikirmu beku pada satu titik absurd

Dalam diam kau hanya berjibaku dengan kebisuan panjang

Sedangkan waktu terus bergulir dalam kepastian rotasinya

Kau pun semakin karam pada alpha dalam mengeja batinmu

Apa yang sedang terjadi padamu sepagi itu, kawan!

Apakah engkau masih membawa risalah getir kemarin itu

Hingga sepagi ini kau masih tampak lesu seolah punah harapan?

Akan kau bawa ke mana kemuraman itu wahai jiwa yang kalut

Apakah kau akan membawa rona sendu itu sepanjang waktu?

Berhentilah mengeluh dan meratapi segala duka lukamu

Sebab itu takkan merubah segala yang kau rasakan

Begegaslah menuju matahari yang akan memberimu cahaya terang

Duduklah kau di hadapannya,

dan kau akan diajari bagaimana memahami hidup

Kelabu pada Dini Hari

Dini hari yang bersepuh kelabu

Bersamaan embun yang berderai

Dedaunan berguguran di atas tanah

Terjilat bias sang surya dari ufuk jauh

Diiringgi suara alam yang enggan naik

Nuansa dini hari itu berupa pucat pasi

Serupa imajiku yang berlumur muram

Dan, wajahku telah sarat dengan kabut

Ku Tulis Pagi Ini dengan Muram

Belum usai segala getir pahit itu

Masih terlalu panjang alur cerita

Yang ingin kutuang dalam romansa

Tentang segala kisah yang terlewati

Sebab luap rasa itu terus berkecamuk

Seolah merajam tiap detak jantungku

Di antara laju napas lelap terjagaku

Belum usai segala kisah itu tereja

Pada lembaran elegi yang dilematis

Aku jatuh bagun tiap pusaran waktu

Secerca harap muram di ambang alpha

Dan, aku limbung pada samar penantian

Yogyakarta, 10 Februari 2009

Aku Dengar Suaramu seperti Angin

Aku dengar suaramu berembus seperti angin berbisik

Sesekali terdengar pula intonasi suaramu teralun merdu

Dan, sesekali terpacu dalam laju gejolak memburu nafsu

Aku dengar suaramu diantara gemerisik suara alam

Sesekali terdengar bercampur dentuman debur ombok

Dan, sesekali terdengar rintihan suaramu di kesunyian

Aku dengar suaramu histeris diantara tangis nan pilu

Sesekali ku dengar gelak suaramu dalam riang canda

Dan, sesekali pula terdengar suaramu merintih mengiba

Aku dengar suaramu seperti angin ketika pagi hantarkan dingin

Sesekali terdengar suaramu lantang diantara terik siang meradang

Dan, sesekali suaramu tercekat diantara gerimis air mata nan sembab

Aku dengar suaramu diam teredam dalam tidur malammu yang sunyat

Sesekali terdengar suaramu dalam igauan tak terjemahkan lewat bahasa

Dan, sesekali suaramu tertuang dalam abjad-abjad bisu sepanjang waktu

Yogyakarta, 31 Januari 2009

Sebuah Pesan Singkat

Kali ini kau kirimkan sebuah pesan untukku yang dirundung pancaroba

Berulang kali pesanmu hanya terbawa angin dan tak menuai balas dariku

Sedangkan kita dalam persoalan yang sama dan kita harus melampauinya

Pesanmu makin membuatku larut dalam kecamuk kebisuan yang panjang

Kini, seluruh rasaku bergemuruh laiknya ombak membentur ngarai karang

Pesanmu hanya terngiang dalam benakku yang kian berat memikul beban

Yogyakarta, 31 Januari 2009

Pagi yang Muram

Pagi ini gerimis datang membawa sekawanan dingin

Cuaca remang susutkan segala percik gairah yang nyala

Segalanya melaju dalam keseluan rupa dan warnawarna

Satu demi satu titik air jatuh dari hamparan langit biru

Kabut tipis hantarkan embun diantara tanah yang basah

Sedangkan angin hilir balik tawarkan aroma kemalasan

Terdengar ayam jantan nyaring berkokok dengan tubuh kuyup

Nun jauh kicau burung mengajak jiwa menari dalam hening

Pagi ini gairah telah menyusut diantara asa yang tumbuh lesu

Yogyakarta, 31 Januari 2009


Last modified: 27/2/09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar