Kamis, 26 Maret 2009

Sajak Sajak M Fadjroel Rachman

Sajak-sajak M Fadjroel Rachman

Kompas, Minggu, 15 Maret 2009 | 05:22 WIB

Palestina, Ketika Rintik Hujan

rintik hujan terseok-seok menyeret kaki yang luka parah dari kota tuhan yang ditinggalkan para pemuja untuk berperang, “terlalu dinginkah dunia untuk disapa?”

lokan dan kepiting merangkak ke tenggorokan jerusalem yang sepi. bila malam datang, siapa berjanji fajar akan datang membawa sepotong tuhan dari kematian.

musa tersesat diburu firaun, menyeret kafilah tuhan yang hilang, suaranya mengaum “kenapa lelaki tua itu hanya menunggu di kornea mata anak-anak membeku mati?”

debu hitam kota gaza dan kristal garam laut merah di kusut rambut ikalmu perlahan melayang ke ranting zaitun, menunggu tangan mungilmu melambai dari pintu surga.

ah, surga yang jauh, mengapa fajar tak membawanya ke rumahmu menemani secangkir susu dan sepotong roti terakhir sebelum maut menjemputmu tergesa-gesa.

Jakarta (2009)

M FADJROEL RACHMAN

Ragusa, Suatu Senja

azan magrib tertelungkup di pecahan batuan rel kereta gambir-kota, rambut ikalnya melambai-lambai kepada senja luka yang berlari tergesa-gesa meninggalkan jakarta.

“bukankah usia kita meleleh bagai likat coklat es krim ragusa, lalu mengendap hitam dibusuk ciliwung,” ujar coklat daun angsana merebahkan kepala di lumpur ciliwung.

di tepi jaman yang pedih, nafas kita terengah menghirup oksigen jatuh dari dedaunan letih, tanpa sempat bertanya mengapa duduk sendirian di kursi rotan tua ragusa.

tangan berkerut cemas memaksa kisah cinta abadi di pasar malam gambir 1913, sementara maut mengintip, tak menegur, bersiul riang diriuh kereta tua gambir-kota.

harum garam laut jawa mengkristal di wajahmu, sabar mencuci pori-pori mendingin pucat, mengabarkan hangat cinta berkobar-kobar yang setia menunggu di balik kabut.

Jakarta (2009)


M Fadjroel Rachman adalah penulis buku puisi Dongeng untuk Poppy (2006), Sejarah Lari Tergesa (2005), dan Catatan Bawah Tanah (1986). Saat ini ia tengah menyiapkan kumpulan puisinya yang terbaru, Airmata Matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar