Puisi Diah Hadaning
Kelanjutan Sebuah Narasi I
Kota-kota mencipta sejarahnya sendiri
lepas dari urutan waktu
manusia tua apung senyum di awang-awang
lukis keindahan tercipta dari bayang-bayang
dan kerakusan jadi balada lepasnya nyawa-nyawa
sementara bumi terus benihkan dosa-dosa
langit siram hujan tuba cipta keangkuhan jiwa
Belah akal jadi bekal sambut dajal
kuras daya jadi bara sambut duraka
bermain dengan nasib antar zaman anyir
berhala tertawa dalam jiwa
dajal bersarang di kepala
terdengar tabuhan gara-gara
perempuan kerudung hitam tangisi tanah merdeka
Cimanggis, September 2004.
Kelanjutan Sebuah Narasi II
Seseorang angkat pedang
Tumbal berjatuhan di seberang jalan kenangan
Sebuah fragmen terenggut dari tabirnya
Rembulan gerhana dan purnama bergantian
Matahari mencari narasi sendiri
Narasi baru telah diambil bocah-bocah masa depan
Dilipat-lipat jadi perahu impian
Diapungkan di sungai air mata
Mereka terus bermain dalam gelar semesta
Meraih-raih mega menghela-hela rasa
Sampai akhirnya matahari padam
Hilang terang hilang bayang
Yang tersisa hanya gema selawatan
Dalam hitam
Cimanggis, September 2004
Membaca Bahasa Transmisi 04
Setumpuk bara senyala unggun
Adalah lambang orang-orang pejalan kurun
Seruas langit sepotong doa
Adalah gurit jiwa orang-orang tanah utara
Tembang eratkan genggam
Orang-orang saling bungakan masa depan
Jepara pulangkan yang pergi
Jepara ramaikan yang sunyi
Sementara orang Sampit datang malam kelelahan
Tak lagi perang selain tembang
Kubawa cinta dan bunga se-Kalimantan
Didekapnya orang-orang unggun rembulan
Ikan laut gelapar dalam bara
Bara percikkan bunga di udara
Orang-orang masih berbincang
Anak Ki Suto Kluthuk merenung panjang
Suara siapa usung berontak jiwa
Di antara deram genderang dan kibas bendera
Jepara nyala dalam bara
Jepara bangun dalam unggun
Serasa andika bersaksi malam ini
Wahai Shima, Kalinyamat dan Kartini
Anak cucu menandak dan menembang
Kusimak orang-orang akar rimang
Jepara, Agustus 2004
Membaca Bahasa Kota
: Orang-orang Blank Blenk
Kebun Raja membiarkan pohon-pohonnya
bersaksi sambil menjaring angin malam
ketika orang-orang baju hitam
memasang lilin menata kendang
dan kata-kata meluncur dari lidah-lidah
dan doa-doa meluncur dari jiwa-jiwa
kota wartawan saksi zaman masih tersimpan
kebenaran sejarah tak terungkap
sang penerus tak juga meluruskan
selagi masih ada bahasa kemungkinan
simpan cemas seseorang nembang bahasa ibu
ingin Blitar buka lembar manuskrip tua
ingin Blitar saksi sembah raga sembah jiwa
ingin Blitar tumpahkan kejujuran air mata
saat makna merdeka punya sisi seribu dua
sementara badai melipat musim
orang-orang utamakan serigala dalam perut
riah-riuh dudukkan serigala di kursi kehormatan
seniman gelar tikar di Kebun raja
Agustus bergulir dalam kata-kata
Dari Gunung, ngarai sampai pentura
bapa, kulihat serigala di mana-mana
Serigala dalam dada
Serigala dalam kepala
Kebun raja disergap malam
Blitar, Agustus 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar