Kamis, 26 Maret 2009

Sajak Sajak Nanang Suryadi

SUARA PEMBARUAN DAILY Last modified: 14/1/05

Puisi Nanang Suryadi



Tono, JAKARTA

Inilah Airmata


:aceh

inilah airmata. airmata yang membuncah. menerjang
ke dalam dadaku. hingga remuk redam. segala mimpi

inilah airmata. airmata yang merahasia. menghempas
dinding-dinding. reruntuhan gempa. jiwa-jiwa

inilah airmata. inilah airmata. membanjir. di dalam jiwaku
menderas. menguyup. di semesta jiwaku

Peluklah Jiwa


peluklah jiwa-jiwa yang semburat memekik ke langit cinta-Mu
di deras airmata yang Kau hempaskan
demikian gemuruh

peluklah jiwa-jiwa yang merindukan keadilan-Mu
di deras airmata yang Kau curahkan
demikian menderu

peluklah jiwa-jiwa yang menyimpan pedih
di deras airmata yang Kau titikkan
demikian cinta

Di Sepanjang Jalan Itu



di sepanjang jalan itu kau temukan bayang-bayang
yang kerap menghantu ke dalam mimpimu

di sepanjang jalan itu kau deraskan airmata
menatap langit mencari pijar cahaya mata

di sepanjang jalan itu kau tertatih
menapaki rahasia cinta-Nya

di sepanjang jalan itu kau tak henti memilih
jejalur nasib hidup mati surga neraka

di sepanjang jalan itu kau merindukan jawab-Nya
jejalur takdir kehendak-Nya semata

"inikah jalan sesungguhnya
menemu Cintanya?"

Pendar Kristal Kembara Airmata

sebutir airmata memendar
serupa kristal tertimpa cahaya

sebutir airmata mengembara
ke dalam jiwa-jiwa

sebutir airmata menelusup
ke dalam cinta

sebutir airmata di dalam cinta
memendar serupa kristal

memantulkancahaya
cinta

Sajak Yang Lesu


:dodi

seperti kau lihat sajak-sajak mulai lesu dan layu
dedaunnya yang kering luruh jatuh

terbang melayang
tertiup angin

seperti anganmu yang melayang-layang
tak tentu tuju

ada hikmah di balik segala
tapi apa yang tampak

dari sajak-sajak yang lesu
dan layu

seperti diriku?

mitologi aku

dan kesunyian hujan


borges dan h.a

di labirin impianmu
pernahkah kau temukan aku?
mungkin tak, karena...

aku adalah mimpimu yang karam
tak terekam dalam ingatan dinihari

aku adalah jutaan tahun kesunyian
yang merungkup wajah gundahmu

setelah kau susun huruf demi huruf anganmu

bacalah wajahku
pada langit muram

di penghujung tahun
di deras kesedihan

demikian putih
dan senyap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar