Sajak-sajak Soni Farid Maulana
Kompas, Minggu, 15 Februari 2009 | 01:24 WIBSonet Si Mati
tujuh mata peri bunga ceri mengutukku
jadi ribuan serangga biru, dan kau menghilang
dalam bayangan tembang mupukembang
saat rembulan gelap di ujung kembang tanjung
sebab kau impianku yang mengguratkan pisau sepi
ke ulu jantungku. Sebab kau yang membuat langkahku
tersesat dan tersaruk di hutan lambang, arah mana
yang harus aku jelang? Langit hanya sunyi, juga segugus
bintang jatuh. Begitulah aku selalu memimpikanmu
walau kobaran api menyeruak dari bawah akar rumputan,
dari bawah lapisan tanah merah sebelum subuh tiba
dan kau bilang “ada batas, ada tepi!” Di batas
dan tepi yang itukah kau biarkan aku melata, merayap
dalam gelap, dalam kelam kabut hutan lambang?
2008
Soni Farid Maulana
Sunyi
bayang-bayang wajahmu
di alir air, mengalir ke hilir
yang tinggal cuma bulan
dalam kabut, dalam kelam
2009
Soni Farid Maulana
Kelopak Waktu
pucuk jam sedingin mentega dalam kulkas
bayang-bayang pohonan di bawah bulan sabit
mengusik kukuk burung hantu di tangkai jambu
merontokkan kelopak waktu di kalbuku
2008
Soni Farid Maulana
Hurung Layung
burung-burung menikung
di hurung layung
angin dingin
di tepi daun-daun
2007
Soni Farid Maulana lahir pada 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kumpulan puisinya yang terbaru, Pemetik Bintang dan Narah, sedang dalam proses penerbitan. Ia tinggal di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar