Kamis, 26 Maret 2009

Sajak Sajak Frans Ekodhanto Purba

SUARA PEMBARUAN DAILY Last modified: 20/3/09

Sajak Frans Ekodhanto Purba.



Sebidang Langkah

pada sebidang langkah

aku menitipkan sejuta cerita

tentang kita yang tak pernah renta ditelat rasa

tapi, kenapa tak bisa miliki waktumu

dan airmata terus memanggil dengan luka

kereta subuh, Desember 2007

Menebar Isyarat

adakah mawar menebar isyarat

pada akar yang tumbuh menjadi cakrawala

adakah istirah

saat kau larung dalam kesepian purnama

bukankah kita pernah bercakap-cakap

tentang rentanya malam

kini tanah telah basah

angin lirih dan kita redup bersama waktu

kereta subuh, Desember 2007

Petualang Musim

kita adalah seorang petualang musim

yang retak pada hitungan rencana

menghadirkan percakapan percakapan tak bernyawa

kereta subuh, Desember 2007

Terjebak dalam Selimut Hujan

aku terjebak dalam selimut hujan yang gigil

sedangkan waktu memaksa bertahan

meskipun terkadang menjadi teman bermain dalam tidur

tapi, aku kan menjadi pagi bagi setiap mimpi

dan takkan terjebak lagi

pada segernya rintik yang menetes dari kaki langitmu

kereta subuh, Desember 2007

Tujuan

aku adalah angin yang menari ditubuhmu

panas yang mendidihkan langkah

menancapkan mimpi pada perjalanan

tapi, ragu selalu hinggap pada persimpangan

padahal hatimu telah lama kusita

tak tahu siapa yang menyapa pikiran

melahirkan ketidak pastian

tujuan

kereta subuh, Desember 2007

Mengenangmu

aku mengenangmu lewat kata dan lagu

kata yang kerap memanjakanku

lagu yang terus menimangku

aku mengenangmu lewat pristiwa dan rasa

pristiwa yang penuh istirah

rasa yang melahirkan cinta

tapi, kini semuanya telah musnah

bersama cerita

kereta subuh, Desember 2007

Telah Kugoret Senyummu

telah kugoret senyummu

yang tak terpetakan mata

ketika malam semakin tuntas

di telat bumi

dan kita minggat pada arloji yang beku

musnah seperti leleh lilin yang hampa

dilalap ketidak pastian

kereta subuh, Desember 2007

Pintu Sejarah

kuketuk pintu sejarah yang menunggu di tepian waktu

kusambut lalu lalang musim dari jendela cuaca

kucabut bisu yang melayang

seperti sepongah mimpi

ditelat subuh

tapi, masih saja kau hilang

langkah akan segera diberangkatkan

bergegaslah sayang

kereta subuh, Desember 2007

Terimakasih

terimakasih kau mau mau singgah di halteku

meski terkadang kau mengabaikan rambu rambu

harapan yang pernah kita sepakati

ketika hendak melaju

tapi kau kan tetap jadi kenangan yang nyata

dari sejuta rasa

kereta subuh, Desember 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar