Kompas, Minggu, 1 Maret 2009 | 01:39 WIB
Belinyu
carilah pada dahiku yang kau lukai,
kerinduan para leluhur berbaju belacu
yang tak temukan jalan pulang
ke guci guci abu dan aroma gaharu
hingga bersilang bayangan, berbelit silsilah
pada batang batang pohon dan bebatu,
gubuk gubuk miring dan bagan di laut jemu
menjelma sebelah kaos kaki
usang dan bau
sebagai anak yatim yang terjebak
di palang pintu, aku mengadu
pada peruntungan mata dadu;
oh, kian berlumut batu batu!
kulihat mata arwah waktu
yang membara di tepi teluk kelabu,
sayu terbuai merdu dendang melayu
sampai berkali dilukai lagi
kenangan kanakku yang lugu
merah darah ibu kelewat pekat
menyusuri nadiku,
mengental di dahi (oh, di hati!)
serupa gelombang laut
yang mengantarkan sesajen basi
ke meja meja pemujaanmu
maka kaos kaki usang kukantong di saku
setelah sia sia lekatkan nama di guci abu
tapi kau terus mengintai warna mataku
dan menjarah doa keluh
di sepanjang ingatanku
hingga pada tiap ngungun kepulangan
mesti kubangun kerinduan yang tabu
di lengang jalanmu
Bangka-Yogyakarta, 2008
Sunlie Thomas Alexander
Elegi Kuli Tambang
liu ngie
aku tak sedang mencatat
warna ajalmu, karena
tak pernah tiba waktu ruwat
untuk mataku
yang terhujam mata pacul
di parit parit tambang
selokan selokan tergarit
seperti masa depan yang kau nujum
dan menjelma nasib buruk bagi pepohonan
ah, lihatlah tanganku yang tersayat
meraba cerita kelam pelayaran
dalam perih tubuhku, di mana jejak
darahmu yang mengering
jadi bentangan peta baru
tak hanya pasir timah
yang bocor dari pecah papan sakan
tapi juga doa dari hatimu yang rawan,
masih menetes di tiap pendulangan
hingga pohon pohon yang hilang
berganti tiang gantungan!
aku sedang tak melawat kematianmu…
walau dari biji matamu yang menyala
pada luka mataku, terus terkenang
gemuruh parit dan kabar pemberontakan
karena begitulah riwayatmu
yang diabaikan takdir;
tak pernah berhenti
mengayak pasir nasibku
di anyir penambangan yang
menjelma kampung halaman
Belinyu-Yogyakarta, 2008
Sakan: talang panjang dari papan untuk mengalirkan pasir timah ke dulang
Sunlie Thomas Alexander lahir di Belinyu, Pulau Bangka, 7 Juni 1977. Belajar Seni Rupa di Institut Seni Indonesia dan Teologi-Filsafat di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; sembari bergiat di Komunitas Rumahlebah dan Komunitas Ladang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar